Halaman

Senin, 20 September 2010

Cerita dari Yogyakarta bgn dari Perempuan Punya Cerita

Sebuah film pendek Cerita dari Yogyakarta bagian dari film Perempuan Punya Cerita merupakan suatu film yang mengungkap “kehidupan nyata” di sisi lain Yogyakarta. “Kehidupan nyata” berarti benar-benar terjadi. Artinya, film pendek ini dibuat berdasar pada “kehidupan nyata”.

Setiap film pasti memiliki alur cerita, begitu pula dengan film pendek Cerita dari Yogyakarta. Bagaimana alur ceritanya? Itulah pertanyaan yang secara spontan muncul. Inilah alur ceritanya: Ada sekelompok siswa SMA yang terdiri dari Dimas, Bagas, Jarwo, dan Yanto gemar dengan hal-hal berbau seks, porno, dan semacamnya. Maka tak heran bila sekelompok siswa itu mengambil keperawanan gadis. Suatu ketika mereka berada di warnet. Mereka sedang asyik berkunjung situs porno. Kemudian, ada sekelompok siswi (Savina, Rahma, Ira, Deasy) dan seorang laki-laki (Tejo) SMA tiba di warnet dengan amarahnya hendak memarahi sekelompok siswa karena telah mengambil keperawanan salah satu dari kelompok mereka yaitu Rahma. Tak hanya mengambil keperawanan, tetapi juga sekaligus menghamili Rahma dan Rahma pun menangis saat mengetahui bahwa ia sedang hamil. Ketika mereka saling berdebat, Jay Anwar seperti memata-matai mereka.

Permasalahan soal hamil dimulai dari situ. Mereka sekumpulan siswi SMA+seorang laki-laki itu mulai berdiskusi bagaimana cara menggugurkan bayi dalam kandungan si Rahma. Mulai dari meminum ramuan sampai mencoba aborsi. Namun usaha itu gagal. Maka Rahma pun terpaksa menjadi manten dengan salah satu dari sekelompok siswa tersebut (Yanto).

Tidak hanya Rahma, Savina pun hamil setelah ia berhubungan secara seksual dengan Jay Anwar. Savina seakan mengajak berhubungan seksual dengan Jay Anwar dan berhubungan seksual itu pun terwujud. Setelah berhubungan seksual tewujud, Jay Anwar telah kembali ke Jakarta membawa sebelum Savina hamil, seperti menghindari tanggung jawab.

Sekelompok siswa SMA, Jay Anwar, juga Savina menggunakan kebebasan secara tidak bertanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud yaitu pada saat momen keputusan. Saat momen keputusan, mereka tidak mempertimbangkan apakah keputusan mereka berkualitas, bermutu, dan sesuai dengan nilai, norma, dan suara hati. Tentu mereka juga berparadigma ketahuan-tidak ketahuan. Hal itu terutama pada si Jay Anwar yang menipu sambil memata-matai mereka demi mendapat sebuah berita untuk disebarluaskan.

Melihat salah satu dari sekelompok siswa SMA itu, meskipun ia bertanggung jawab dengan menjadi manten ia tetap saja menggunakan kebebasan secara tidak bertanggung jawab. Pasalnya, ia tidak mempertimbangkan kualitas keputusan saat sebelum ikut-ikutan menghamili Rahma. Selain itu ia dengan terpaksa bertanggung jawab setelah sekelompok siswa SMA itu ketahuan meghamili Rahma.

Seandainya pada kejadian seperti itu saya berada di dalamnya, saya dengan kebebasan yang saya milki akan bersikeras untuk tidak berhubungan seks tanpa menikah yang disertai rasa cinta terlebih dahulu. Hal itu disebabkan bila menikah yang disertai rasa cinta terlebih dahulu sebelum berhubungan seks dengan pasangan yang menikah dengan saya maka hal itu sesuai dengan norma mengenai hubungan seks. Selain sesuai dengan norma mengenai hubungan seks, hal itu juga sesuai dengan nilai cinta kasih terhadap pasangan hidup dan keberanian dalam bertanggung jawab.

Keputusan itu menurut saya bermutu dan berkualitas karena sesuai dengan nilai, norma, dan suara hati saya. Konsekuensinya saya pun harus menerima ejekan, celaan, dan hinaan dari teman-teman sekelompok. Tak hanya itu, saya harus mampu menafkahi istri dan anak jika saya telah menikah dengan rasa cinta dan berhubungan seks dengan istri.

Sumber referensi: Buku “Menjadi Manusia Bebas” oleh F. Wawan Setydi SJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentarmu disini ...